Nama: Zakaria (Zakariya) bin Dan
Garis Keturunan
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as ⇒ Sulaiman as
⇒ Rahab'am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal'athah ⇒
Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as
Periode sejarah 91 SM - 31 M
Tempat diutus (lokasi) Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) 1
Tempat wafat Halab (Aleppo)
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 12 kali
Nabi Zakaria diutus kepada bani
Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan kerusakan
merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam serta zhalim
juga berkuasa di sana dan selalu berbuat kerusakan. Herodes, penguasa
Palestina adalah raja yang paling jahat dan suka melanggar. Dialah yang
memerintahkan membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah
dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan memperingatkan mereka
tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak segera bertaubat.
Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru
kaumnya. Selain itu, Nabi Zakaria juga tak pernah letih berdoa kepada
Allah agar dikarunia putra yang dapat menggantikannya dalam memikul
tugas dakwah ini setelah dia wafat nanti. Hal ini dikisahkan dalam
firman Allah, "Dia (Zakaria) berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku
telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS. Maryam [19]:
4-6).
Allah lantas mengabulkan
permohonannya. Sebagaimana firman-Nya, "Hai Zakaria, sesungguhnya Kami
memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya
Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia." (QS. Maryam [19]: 7).
Nabi Yahya dilahirkan tiga bulan
lebih awal dari kelahiran Nabi Isa. Dia kemudia dibesarkan dan dididik
oleh orang tuanya dengan kebaikan dan ketakwaan, seperti firman Allah,
"Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh. Dan, Kami berikan kepadanya (Yahya) hikmah selagi ia
masih kanak-kanak" (QS. Maryam [19]: 12).
Sejak kecil, Allah telah
memberinya ilmu dan hikmah dan setelah dewasa dia diangkat menjadi nabi.
Nabi Yahya terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut, penuh kasih
saying, bersih, apik, dan zuhud. Selain itu, dia juga banyak menangis
karena takut kepada Allah, senantiasa mengajak kaumnya bertaubat dan
meninggalkan kemaksiatan, serta mengingatkan mereka tentang akibat dari
pelanggaran yang mereka lakukan. Nabi Yahya membaptis umatnya dengan
membasuh dosa-dosa dan kesalahan mereka di sungai Jordan (asy-Syari'ah)
dan dia pula yang membaptis Nabi Isa.
Para sejarawan berbeda pendapat
mengenai kematian Nabi Zakaria, apakah beliau wafat biasa (secara alami)
atau karena dibunuh (bersamaan dengan wafatnya Nabi Yahya), wallahu
a'lam. Sementara itu, mengenai Nabi Yahya, mereka sepakat bahwa beliau
meninggal karena dibunuh. Hal ini dikisahkan dalam satu riwayat bahwa
pada zaman itu, salah satu raja yang terkenal jahat dan zhalim, Herodes
ingin menikah dengan perempuan yang tidak halal baginya. Perempuan
tersebut bernama Herodia yang tidak lain ialah keponakannya sendiri,
anak perempuan saudara kandungnya.
Wanita itu sangat cantik;
memiliki tubuh dan penampilan yang amat menarik. Ketika mendengar berita
tersebut, Nabi Yahya spontan melarang dan menentang pernikahan itu
serta mengumumkan pembatalannya. Sikap Yahya ini pun tersebar ke seluruh
penjuru kota. Merasa tidak senang, wanita itu berencana membunuh Yahya.
Untuk memenuhi keinginannya, Herodia bersolek menemui pamannya yang
tidak lain adalah calon suaminya dengan wajah berseri-seri dan menggoda.
Dia lantas menjerat Herodes dengan tipu daya hingga pamannya terlena
dengan ucapannya yang lembut. Pamannya kemudian bertanya, "Apakah yang
dapat aku lakukan untukmu?"
Herodia menjawab, "Jika tuanku berkenan, aku hanya menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Sang raja pun mengabulkan
permintaan calon istrinya tersebut dengan mengutus seseorang untuk
memenggal kepala Nabi Yahya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang
yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak
dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil,
maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih."
(QS. Ali-'Imran [3]: 21).
Nabi Zakaria diutus pada kaum
Bani Israil. Sudah sejak lama Nabi Zakaria mendambakan seorang anak.
Namun keinginannya belum juga terpenuhi walau ia sudah tua.
Suatu hari datanglah janda Imron
menyerahkan bayi perempuannya (Maryam) pada Nabi Zakaria untuk diasuh
dan dibesarkan sesuai dengan nazarnya. Nabi Zakaria dan para imam Baitul
Maqdis terkejut akan hal itu, sebab janda Imron sudah tua dan rasanya
tidak mungkin memperoleh anak. Namun setelah mendapat penjelasan dari
janda Imron bahwa kehamilannya ialah kehendak Allah SWT, mereka pun
mengerti.
Setelah itu timbul persoalan,
siapakah yang berhak mengurus Maryam. Untuk pemecahannya, mereka
mengundi dengan melemparkan pena ke air. Barangsiapa yang penanya
mengapung, dialah yang berhak mengurus Maryam. Ternyata pena Nabi
Zakaria-lah yang mengapung. Sehingga beliau berhak menjadi ayah asuh
Maryam. Semua kebutuhan Maryam ditanggung Nabi Zakaria. Beliau sangat
menyayanginya.
Nabi Zakaria, sadar banyak
anggota keluarganya dari Bani Israil merupakan orang yang tidak beradab
dan gemar bermaksiat karena kedangkalan iman mereka. Ia khawatir bila
tiba ajal dan tidak mempunyai keturunan yang dapat memimpin kaumnya,
sehingga mereka akan semakin merajalela dan sangat mungkin mengadakan
perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalahgunakan hukum
agama.
Kecemasan itu mengusik pikiran
Zakaria, dan ia sedih karena belum juga mempunyai keturunan walau telah
berusia 90 tahun. Ia agak terhibur ketika mengasuh Maryam yang dianggap
sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan
keinginanya untuk memperoleh keturunan timbul kembali ketika ia
menyaksikan mukjizat hidangan makanan di mihrab Maryam. Ia berpikir di
dalam hatinya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah yang telah
memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri dan tidak
berdaya. Allah pasti berkuasa memberinya keturunan bila dengan
kehendak-Nya walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh
uban.
Pada suatu malam, Zakaria duduk
di mihrabnya mengheningkan cipta kepada Allah dan bermunajat serta
berdoa dengan khusyuk dan yakin. Dengan suara yang lemah lembut dia
berdoa: "Ya Tuhanku, berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku
dan mewarisi sebagian dari keluarga Ya'qub, yang akan meneruskan
pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Israil. Aku cemas sepeninggalku
nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya
bila aku tinggalkan tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikanku. Ya
Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban,
sedang isteriku adalah seorang perempuan mandul. Namun kekuasaan-Mu
tidak terbatas, dan aku berdoa Engkau berkenan mengkaruniakan seorang
anak yang shaleh dan Engkau ridhoi padaku.
Kemudian Allah menjawab doa
Zakaria dan berfirman : "Wahai Zakaria, kami sampaikan kabar gembira
padamu, kamu akan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Yahya yang
shaleh dan membenarkan kitab-kitab Allah, menjadi pemimpin yang dianut,
menahan diri dari nafsu dan godaan syaitan, dan kelak akan menjadi
seorang Nabi." Kemudian Zakaria berkata: "Ya Allah, bagaimana aku dapat
memperoleh keturunan sedang istriku seorang yang mandul dan akupun sudah
lanjut usia." Allah berfirman: "Hal demikian itu adalah mudah bagi-Ku.
Tidakkah telah Ku-ciptakan kamu, sedangkan waktu itu kamu tidak ada sama
sekali."
Setelah itu istrinya mengandung dan melahirkan anak lelaki yang diberi nama Yahya. Seperti ayahnya, Yahya juga seorang nabi.
Pada suatu ketika Nabi Yahya
terbunuh karena perintah Raja Herodus. Kaum Bani Israil berharap pada
Nabi Zakaria, hal itu menyebabkan Raja Herodus marah dan memerintahkan
untuk membunuh Nabi Zakaria. Nabi Zakaria sendiri langsung pergi dari
kejaran prajurit Herodus.
Nabi Zakaria dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Zakaria as, disebutkan sebanyak 12 kali, seperti berikut ini.