Nama: Yahya bin Zakaria
Garis Keturunan
Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu'az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as ⇒ Sulaiman as
⇒ Rahab'am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal'athah ⇒
Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as ⇒ Yahya as
Periode sejarah 1 SM - 31 M
Tempat diutus (lokasi) Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) -
Tempat wafat Damaskus
Sebutan kaumnya Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 5 kali
Nabi Yahya (Yohanes) adalah
anak Nabi Zakaria. Dalam Al-Qur'an Nabi Yahya tidak banyak diuraikan,
hanya dijelaskan beliau dikaruniai hikmah dan ilmu semasa kanak-kanak.
Beliau hormat pada orang tuanya, dan tidak sombong ataupun durhaka.
Beliau pintar dan tajam pemikirannya, beribadah siang malam.
Di kalangan bani Israil, beliau
dikenal sebagai ahli agama dan hafal Taurat. Ia berani mengambil
keputusan, tidak takut dihina orang, dan tidak menghiraukan ancaman
penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran. Ia menganjurkan orang
bertobat, dan sebagai tanda, ia memandikan orang yang bertobat di sungai
Jordan, yang sebenarnya adalah mandi besar, dan disebut pembaptisan
dalam ajaran Kristen.
Kisah Nabi Yahya tidak
terpisahkan dengan kisah ayahnya (Nabi Zakaria). Nabi Zakaria diutus
kepada bani Israil ketika kemaksiatan, kemungkaran, kezhaliman, dan
kerusakan merajalela di kalangan mereka. Selain itu, raja-raja kejam
serta zhalim juga berkuasa di sana dan selalu berbuat kerusakan.
Herodes, penguasa Palestina adalah raja yang paling jahat dan suka
melanggar. Dialah yang memerintahkan membunuh Nabi Zakaria dan Nabi
Yahya.
Nabi Zakaria memulai dakwah
dengan mengajak kaumnya menyembah Allah dan memperingatkan mereka
tentang akibat buruknya perbuatan mereka jika tidak segera bertaubat.
Meski sudah renta dan rambutnya memutih, dia terus berdakwah menyeru
kaumnya. Selain itu, Nabi Zakaria juga tak pernah letih berdoa kepada
Allah agar dikarunia putra yang dapat menggantikannya dalam memikul
tugas dakwah ini setelah dia wafat nanti. Hal ini dikisahkan dalam
firman Allah, "Dia (Zakaria) berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku
telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan
jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS. Maryam [19]:
4-6).
Allah lantas mengabulkan
permohonannya. Sebagaimana firman-Nya, "Hai Zakaria, sesungguhnya Kami
memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya
Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia." (QS. Maryam [19]: 7).
Nabi Yahya dilahirkan tiga bulan
lebih awal dari kelahiran Nabi Isa. Dia kemudia dibesarkan dan dididik
oleh orang tuanya dengan kebaikan dan ketakwaan, seperti firman Allah,
"Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh. Dan, Kami berikan kepadanya (Yahya) hikmah selagi ia
masih kanak-kanak" (QS. Maryam [19]: 12).
Sejak kecil, Allah telah
memberinya ilmu dan hikmah dan setelah dewasa dia diangkat menjadi nabi.
Nabi Yahya terkenal dengan sifatnya yang lemah lembut, penuh kasih
saying, bersih, apik, dan zuhud. Selain itu, dia juga banyak menangis
karena takut kepada Allah, senantiasa mengajak kaumnya bertaubat dan
meninggalkan kemaksiatan, serta mengingatkan mereka tentang akibat dari
pelanggaran yang mereka lakukan. Nabi Yahya membaptis umatnya dengan
membasuh dosa-dosa dan kesalahan mereka di sungai Jordan (asy-Syari'ah)
dan dia pula yang membaptis Nabi Isa.
Nabi Yahya meninggal karena
dibunuh. Hal ini dikisahkan dalam satu riwayat bahwa pada zaman itu,
salah satu raja yang terkenal jahat dan zhalim, Herodes ingin menikah
dengan perempuan yang tidak halal baginya. Perempuan tersebut bernama
Herodia yang tidak lain ialah keponakannya sendiri, anak perempuan
saudara kandungnya.
Wanita itu sangat cantik;
memiliki tubuh dan penampilan yang amat menarik. Ketika mendengar berita
tersebut, Nabi Yahya spontan melarang dan menentang pernikahan itu
serta mengumumkan pembatalannya. Sikap Yahya ini pun tersebar ke seluruh
penjuru kota. Merasa tidak senang, wanita itu berencana membunuh Yahya.
Untuk memenuhi keinginannya, Herodia bersolek menemui pamannya yang
tidak lain adalah calon suaminya dengan wajah berseri-seri dan menggoda.
Dia lantas menjerat Herodes dengan tipu daya hingga pamannya terlena
dengan ucapannya yang lembut. Pamannya kemudian bertanya, "Apakah yang
dapat aku lakukan untukmu?"
Herodia menjawab, "Jika tuanku berkenan, aku hanya menginginkan kepala Yahya bin Zakaria."
Sang raja pun mengabulkan
permintaan calon istrinya tersebut dengan mengutus seseorang untuk
memenggal kepala Nabi Yahya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang
yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak
dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil,
maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih."
(QS. Ali-'Imran [3]: 21).
Di dalam Al-Quran, nama Yahya as, disebutkan sebanyak 5 kali, seperti berikut ini.
Pada Surat Maryam [19]:ayat 7-15, Firman Allah SWT :
Hai Zakaria, sesungguhnya Kami
memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya
Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa
dengan dia. Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak
bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri)
sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua". Tuhan berfirman:
"Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu
itu) belum ada sama sekali". Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku
suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak
dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu
sehat". Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan
petang. Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan
sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih
kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan
kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang
yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang
sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan
dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
Pada Surat Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 39, Firman Allah SWT :
Kemudian Malaikat (Jibril)
memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab
(katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
(seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari
Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi
termasuk keturunan orang-orang saleh".
Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 85, Firman Allah SWT :
Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh.
Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 90, Firman Allah SWT :
Maka Kami memperkenankan
do'anya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan
isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan
mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami.