Jakarta - Berbekal pengalaman panjang dalam industri telekomunikasi, HiCore Mobile melihat peluang smartphone di Indonesia masih terbuka lebar. Utamanya untuk segmen ponsel pintar (smartphone) premium, peluangnya dinilai masih sangat menjanjikan.
Meski pengguna ponsel pintar level premium tidak sebanyak smartphone low end, konsumen Indonesia ternyata menginginkan produk yang lebih berkualitas. Hal itu, tentunya hanya dapat dipenuhi oleh smartphone level premium dibandingkan low end.
"Pasar smartphone premium walaupun tidak terlalu besar, tetapi tetap menjanjikan karena konsumen sekarang lebih jeli dalam memilih produk. Produk yang berkualitas baik dan teknologi yang terkini menjadi pilihan. Untuk itu, HiCore akan menjual produk yang setara dengan global brand walaupun kami masih pemain baru di segmen ini," kata Presiden Direktur HiCore Mobile, Herman Zhou, di Jakarta, Sabtu (22/10).
Untuk itu, lanjut dia, HiCore berani memperkenalkan diri sebagai smartphone premium kepada konsumen di Indonesia. "HiCore menjadi alternatif bagi konsumen, untuk mendapatkan ponsel pintar berkualitas, ditengah maraknya brand smartphone lainnya," tambah Herman Zhou.
"Untuk tahap awal, kami baru meluncurkan produk 3G, yakni Play Z5 dan Lens DC1, berikutnya kami merencanakan untuk meluncurkan produk 4G," imbuhnya.
Sejak produk pertamanya keluar pada pertengahan 2016, permintaan konsumen akan ponsel pintar premium milik HiCore terus meningkat. Hal tersebut, kata Herman Zhou, membuat pihaknya optimistis produk yang ditawarkan dapat diterima konsumen di Indonesia. "Meski tergolong baru, ternyata HiCore mampu bersaing dengan smartphone papan atas lainnya," kata dia.
Bagi Herman, berbisnis ponsel bukanlah hal baru. Sejak awal, dirinya memang menjadi principal ponsel dengan mengembangkan merek sendiri. "Rata-rata pemain di industri ponsel di Indonesia, berawal dari distributor, baru kemudian naik kelas jadi pemilik merek," jelas Herman Zhou.
Dirinya mengakui sama sekali tidak memiliki pengalaman menjadi distributor, namun langsung memiliki brand smartphone sendiri. Herman Zhou juga membangun jaringan distributor sendiri. Tidaklah mengherankan jika namanya langsung melejit menjadi pemain di industri smartphone yang diperhitungkan.
"Sukses yang dapat saya raih bukanlah terjadi begitu saja, namun melalui perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan," paparnya.
Untuk membangun brand, lanjut dia, bukanlah perkara mudah. Apalagi, brand smartphone yang persaingannya sangat ketat. Ketika memperkenalkan HiCore kepada konsumen, langkah awal yang dilakukannya adalah mengumpulkan distributor dan pemilik toko seluruh Indonesia. "Kebetulan kita sudah memiliki jaringan penjualan di seluruh Indonesia, jadi lebih mudah," jelasnya.
Jariangan penjualan itu dikumpulkan untuk diberikan penjelasan sekaligus gathering di Kepulauan Seribu. "Kita perkenalkan produk HiCore, sekaligus meminta masukan dari teman-teman," tutur Herman.
Dalam acara tersebut, Herman juga menawakan kepada toko-toko agar mau menjual produk, dengan margin keuntungan yang menggiurkan. Untuk promosi, Herman lebih memilih promosi langsung ke lapangan dengan memasang banner dan neon box di toko-toko penjual smartphone.
"Cara tersebut dinilai lebih efektif, karena langsung terlihat oleh para calon konsumen. Branding di toko jauh lebih efektif, karena langsung terlihat oleh konsumen," jelasnya.
Selain melakukan branding toko, Herman juga menempatkan promotor pada setiap toko yang menjual HiCore. Promotor ini akan membantu konsumen, untuk memberikan pemahaman produk-produk HiCore.
"Para promotor ini dibekali kemampuan untuk menjelaskan kegunaan produk HiCore kepada konsumen yang dapat dimaksimalkan dalam kegiatan kesehariannya," kata Herman Zhou.
Biaya yang dikeluarkan untuk membangun brand, lanjut dia, memang tidak sedikit. HiCore mengalokasikan sekitar 30 persen dari total investasi untuk membangun merek. Sisanya untuk membangun pabrik, produk dan juga after sales. Dari hasil promosi yang dilakukan, brand HiC