Daud (Dawud, Davíd, Dawit) adalah nabi
sekaligus raja dalam kerajaan Israel (Bani Israil). Daud merupakan
keturunan Yahudza bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil.
Ketika
masih muda, Daud menyertai tentara Bani Israil di bawah pimpinan Thalut
melawan pasukan bangsa Palestina yang dipimpin Jalut (Goliath). Daudlah
yang berhasil membunuh Jalut, sehingga dipuji sebagai pahlawan perang.
Setelah Raja Thalut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja. Allah
mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya. Kepadanyalah diturunkan
kitab Zabur. Beliau memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan akal,
mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan
tangan kosong. Perawakan Nabi Daud tidak terlalu tinggi, bermata biru,
berambut tidak lebat, berhati suci dan bersih.
Dia
sangat dicintai oleh bani Israil. Allah menganugerahi nabi Daud dengan
kerajaan dan kenabian: kebaikan dunia dan akhirat. Kerajaan itu
istimewa, begitu juga dengan kenabian. Dan, keduanya disatukan pada diri
Daud. Allah berfirman, "Sungguh, telah Kami
berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), "Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama
Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya," (QS. Saba' [34]: 10).
Allah memberikannya suara yang
merdu: suara yang tidak diberikan kepada siapa pun selain dia. Sehingga,
ketika dia sedang melantunkan Zabur, burung-burung turut berhenti di
udara untuk mengagungkan Allah. Begitu juga dengan gunung, ia menjawab
dan ikut bertasbih bersamanya pada pagi dan sore hari. Allah juga
memberinya kemampuan untuk memutuskan perkara dengan adil diantara
manusia. Dia mampu menengahi dan menyelesaikan pertengkaran dan
perselisihan yang terjadi pada masyarakatnya. Hal itu membuat bani
Israil lebih menghormati, menghargai, dan memuliakannya.
Daud yang mulai pembangunan Bait
Suci yaitu Baitul Muqaddis yang kemudian diselesaikan oleh anaknya Nabi
Sulaiman, yang sekarang menjadi tempat Masjid Al-Aqsa. Daud meninggal
dalam usia 100 tahun dan dikebumikan di Baitul Muqaddis/Maqdis
(Yerusalem).
Kisah Nabi Daud
Berlalulah tahun-tahun yang
cukup panjang dari wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi
dan mereka telah mati dan anak-anak Israil setelah Musa telah kalah.
Kitab suci mereka telah hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang
dari dada mereka maka ia pun tercabut dari tangan mereka. Musuh-musuh
mereka menguasai peti perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan
keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari keluarga mereka dan
rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah
terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali seorang
wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak
laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama
Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT
mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa,
ibunya itu mengirimnya ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh
agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya.
Pada suatu malam—ketika ia telah menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia
mendengar ada suara yang datang dari sisi mesjid. Ia bangun dalam
keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya memanggilnya. Ia
segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya."
Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya
untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat
Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan: "Kirimkanlah
untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu
bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat
mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa
kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir
dari negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami
makin memburuk." Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana
ia menjadi penguasa atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan
kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya,
sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya
Allah SWT memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi
ilmu dan fisik. Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun
yang Dia kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi menjawab: "Kitab
Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu
akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian. Ini adalah
tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut
dimulai. Thalut telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut. Jalut
adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang hebat di mana tak
seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan
berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah gurun dan gunung
sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada
tentaranya: "Kita akan menemui sungai di
jalan. Barangsiapa yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari
pasukan dan barangsiapa yang tidak mencicipinya dan hanya sekadar
membasahi kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati
sungai dan sebagian tentara minum darinya dan kemudian mereka keluar
dari barisan tentara. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui
siapa di antara mereka yang menaatinya dan siapa yang membangkangnya;
siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan
rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah dan gampang
menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang kami mengetahui orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-orang yang berani." Jumlah
pasukan memang berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan
adalah, sifat keberanian dan iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata.
Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka
berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit
sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut berkata: "Bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang
penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak
kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin
Allah SWT." Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu
tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: 'Angkatlah untuk kami
seorang raja agar kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan Allah.
Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali jika kamu diwajibkan berperang,
kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa kami tidak mau
berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah diusir dari
kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang
yang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
lalim. Nabi mereka mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalihan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi
mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.' Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas
Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan kepada
mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh
malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu,
jika kamu orang yang beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa
tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan
suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia
pengikutku. Dan barangsiapa tiada rneminumnya, kecuali menceduk seceduk
tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang
telah minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk
melawan Jalut dan tentara-nya.' Orang-orang yang meyakini bahwa mereka
akan menemui Allah berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan
Allah beserta orang-orangyang sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju
besinya bersama pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang untuk
berduel dengannya. Semua tentara Thalut merasa takut untuk
menghadapinya. Di saat-saat tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut
seorang pengembala kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud adalah seorang
yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui bahwa keimanan kepada Allah
SWT adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahwa kemenangan bukan
semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada
raja Thalut agar mengizinkannya berduel dengan Jalut. Namun si raja pada
hari pertama menolak permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentara, ia
hanya sekadar pengembala kambing yang kecil. Ia tidak rnemiliki
pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki pedang, senjatanya adalah
potongan batu bata yang digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun
demikian, Daud mengetahui bahwa Allah SWT adalah sumber kekuatan yang
hakiki di dunia ini. Karena ia seorang yang beriman kepada Allah SWT,
maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali
meminta izin agar diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja
memberikan izin kepadanya. Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau
berani memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan
menikahi anak perempuanku." Daud tidak peduli dengan iming-iming
tersebut. Ia hanya ingin berperang dan memenangkan agama. Ia ingin
membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang lalim dan tidak beriman
kepada Allah SWT, Raja mengizinkan kepada Daud untuk berduel dengan
jalut.
Daud maju dengan membawa
tongkatnya dan lima buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi
senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya
serta menertawakan kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud
meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, lalu ia melepaskannya di
udara sehingga batu itu pun meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat
Daud karena ia cinta kepada Allah SWT sehingga angin itu membawa batu
itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya. Jalut yang dibekali
senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang pengembala yang
baik, mengambil pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua
pasukan. Peperangan dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan
menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin
oleh seorang pengembala kambing yang sederhana.
Allah SWT berfirman:
"Tatkala
mereka tampak oleh jalut dan tentaranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan
kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian
kami terhadap orang-orang kafir.' Mereka (tentara Thalut) mengalahkan
tentarajalut dengan izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan
dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa
yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.
Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."
(QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia
mencapai puncak ketenaran di tengah-tengah kaumnya sehingga ia menjadi
seorang lelaki yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau
menjadi pemimpin pasukan dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud
tidak begitu gembira dengan semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk
mencapai ketenaran atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau
berusaha untuk menggapai cinta Allah SWT. Daud telah diberi suatu suara
yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah SWT dan
mengagungkan-Nya dengan suaranya yang menarik dan mengundang decak
kagum. Oleh karena itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud bersembunyi.
Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di
tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri,
beliau bertaubat kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia Kami. (Kami
berfirman): 'Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah
berulang-ulang bersama Daud', dan Kami telah melu-nakkan besi padanya.
(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu
kerjakan." (QS. Saba': 10-11)
"Dan telah
Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama
Daud, dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud
membuat baju besi kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu;
Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia
bertasbih kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah SWT memilih Daud
sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti
Kitab Taurat. Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah
SWT. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan
burung-burung pun berkumpul bersama beliau.
Allah SWT berfirman:
"Dan
ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat
taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk
bertasbih bersama dia (Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami
tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing
amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan
hikmah dan kebijaksanaan dalam menyeksaikan perselisihan." (QS. Shad:
17-20)
Gurun terbentang sehingga
mencapai ufuk. Ini adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu
hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam
ad-Dahr. Daud membaca Kitab Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya.
Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung menyempurnakan pembacaan ayat
tersebut, dan terkadang beliau diam sementara gunung itu menyempurnakan
tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama beliau,
burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur
yang suci maka burung-burung, binatang-binafang buas, dan pohon-pohon
pun berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan
hanya karena ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya
gunung-gunung atau burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan
suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain
bersama beliau, namun ini adalah mukjizat dari Allah SWT kepadanya
sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung, yang cintanya kepada
Allah SWT sangat tulus. Bukan hanya ini mukjizat yang diberikan kepada
beliau, Allah SWT juga memberinya ilmu atau kemampuan untuk memahami
bahasa burung dan hewan-hewan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung
dan mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu
beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah SWT
meletakkan cahaya dalam hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan
bahasa hewan-hewan yang lain. Daud sangat mencintai hewan dan burung.
Beliau berlemah lembut kepada hewan-hewan itu, bahkan beliau merawatnya
ketika hewan-hewan itu sakit sehingga burung-burung dan binatang yang
lain pun mencintainya. Di samping kemampuan memahami bahasa burung,
Allah SWT juga memberinya hikmah (ilmu pengetahuan). Ketika Daud
memperoleh ilmu dari Allah SWT atau ketika ia mendapatkan mukjizat maka
bertambahlah rasa cintanya kepada Allah SWT dan bertambah juga rasa
syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh
karena itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada hari yang
lain. Allah SWT sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya
peperangan di zaman mereka. Karena itu, pembuatan baju besi sangat
penting. Baju besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga
seorang yang berperang tidak mudah bergerak dengan bebas ketika memakai
baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk
sambil merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan
besi yang beliau main-mainkan. Tiba-tiba, beliau mengetahui bahwa
tangannya dapat membikin besi itu lunak. Allah SWT memang telah
melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud memotong-motongnya dan membentuknya
dalam potongan-potongan kecil dan melekatkan sebagian pada yang lain,
sehingga beliau mampu membuat baju besi yang baru, yaitu baju besi yang
terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh seseorang
yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak dan tubuhnya tetap
terlindung dari pedang dan kampak. Baju besi itu lebih baik dari semua
baju besi yang ada pada saat itu.
Allah SWT melunakkan baju besi
baginya. Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali menemukan bahwa
besi dapat menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi
ribuan rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud
bersyukur kepada Allah SWT. Kemudian banyak pabrik-pabrik berdiri untuk
membuat baju besi yang baru. Ketika selesai pembuatan baju besi itu dan
diberikan kepada pasukannya maka musuh-musuh Daud mengetahui bahwa
pedang mereka tidak akan mampu menembus baju besi ini. Baju besi yang
dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat ditembus oleh pedang.
Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka bergerak dengan bebas
dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak demikian halnya
dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan yang
diikuti oleh tentara Daud maka beliau selalu mendapatkan kemenangan;
setiap kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan
kemenangan. Beliau mengetahui bahwa kemenangan ini semata-mata datangnya
karena Allah SWT sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah
dan tasbih yang beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan
kepada Allah SWT pun semakin bergelora.
Ketika Allah SWT mencintai
seorang nabi atau seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan
manusia juga mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana
burung-burung, hewan-hewan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja
melihat hal yang demikian itu lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya.
Ia mulai berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan membunuhnya. Ia
menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud mengetahui bahwa raja
cemburu kepadanya. Oleh karena itu, beliau tidak memerangi raja namun
apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu
beliau memotong sebagian dari pakaiannya dengan pedang itu. Kemudian
beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai
raja, engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak
membencimu dan tidak ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu
maka aku lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku
telah memotongnya saat engkau tidur. Aku bisa saja memotong lehermu
sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak melakukannya. Aku
tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya
berisi cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja menyadari bahwa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi
hari dan raja terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh
Nabi Daud, karena raja itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya.
Setelah itu, Nabi Daud menjadi raja. Masyarakat saat itu mengetahui
bahwa Daud melakukan apa saja demi kebaikan dan kebahagiaan mereka
sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud
menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi raja.
Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT dan
meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih
meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga
kepentingan masyarakat umum.
Allah SWT memperkuat kerajaan
Daud. Allah selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya.
Allah menjadikan kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh
musuh-musuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah
nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya hikmah. Selain memberi
kenabian kepada Daud, Allah SWT memberi hikmah dan kemampuan untuk
membedakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai seorang anak
yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan
kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai
sebelas tahun ketika terjadi kisah ini. Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberihan
keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan
yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian
kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada
masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS.
al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan
memberikan keputusan hukurn kepada manusia dan menyelesaikan persoalan
mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan
lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya:
"Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebunku
dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar
engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahwa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku."
Daud berkata: "Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirusak oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya— aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku."
Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman." Sulaiman berkata:
"Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang
buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya
dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru.
Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga
ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya.
Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak atau kembali
seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya
dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya."
Daud berkata:
"Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah
SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang
benar-benar bijaksana." Nabi Daud—meskipun kedekatannya kepada Allah
SWT dan kecintaannya kepada-Nya—selalu belajar kepada Allah SWT. Allah
SWT telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali
setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk
di mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika ia memasuki
kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan
seseorang pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat.
Tiba-tiba, beliau dikagetkan ketika melihat dua orang lelaki berdiri di
hadapannya.
Daud takut kepada mereka berdua
karena mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak
seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah
kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata:
"Janganlah takut wahai tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih
pendapat. Kami datang kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara yang
benar." Daud bertanya: "Apa masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku
ini mempunyai sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku
hanya mempunyai satu. Ia telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak yang lain:
'Sesungguknya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu
untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan
orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orangyang beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba
dua orang itu menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi
laksana awan yang menguap di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahwa
kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya
untuk memberinya pelajaran: hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum
di antara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan
mereka semua. Barangkali pemilik sembilan puluh sembilan kambing itu
yang benar. Daud tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan
meminta ampun kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan
sampaikah kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka
memanjat pagar? Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut
dengan (kedatangan) mereka. Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa
takut, (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari
kami berbuat lalim kepada yang lain; maka berilah keputusan di antara
kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai
seekor saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata: 'Sesungguhnya dia
telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan
kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat lalim kepada sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya
dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang
baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau
bohong yang disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami
oleh Daud. Dikatakan bahwa ia tertarik dengan istri dari salah seorang
pemimpin pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di
mana ia mengetahui apa yang terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai
istrinya.
Itu adalah kepalsuan yang
mengada-ada. Manusia yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi
di langit dan tasbihnya berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan
benda-benda mati, maka mustahil baginya untuk hanya melihat atau
tertarik dengan keindahan atau kecantikan wajah wanita atau fisiknya.
Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan berhubungan
dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka
mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud adalah seorang
hamba Allah SWT dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya
sebagaimana yang dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah Allah SWT dan bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir
hayatnya. Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan
dengan itu, Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya
Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca
Zabur dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan salat di tengah malam
dan menangis di dalamnya, dan karena tangisannya segala sesuatu pun ikut
menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang gelisah dan orang
yang menderita." Nabi Daud meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud." Maka burung itu menaunginya.
Sulaiman berkata kepada awan: "Naungilah manusia dari sengatan matahari.' Dan angin menjadi tenang. Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan Sulaiman.