KLIK IKLAN-IKLAN DI BAWAH INI UNTUK MELAKUKAN DONASI

pendaftaran agen kuota nasional

23/08/2014

Menguak negeri saba' dan istana Nabi Sulaiman



Negeri Saba berhubungan dengan 3 tradisi agama, Yahudi, Nasrani dan Islam. Kita sulit mengatakan, ia berhubungan dengan sejarah Nusantara. Saba diambil namanya dari salah satu keturunan Nabi Nuh as (Noah), garis Sam. Generasi akhir ada yang bermigrasi ke Mekkah, Medinah, Etiopia dan Syria. Ketiga surah yang mencuplik kisah Sulaiman ( King Solomon), Ratu Balkis dan Saba , juga memiliki kripto bilangan prima 11.
Adegan Balkis di Istana Sulaiman.
Tentu saja jika kita mendengar Negeri Saba, yang teringat adalah judul film Queen of Sheba, Ratu Saba yang cantik dan cerdas, pemimpin negara “super power’ di era Raja Sulaiman as (King Solomon), yang akhirnya mengikuti agama Sulaiman. Sebagian  riwayat menjelaskan – akhirnya - menjadi pasangan Sulaiman as. Itulah Ratu Balkis, atau Balqis, Bilqis, Bilquis dalam tradisi Islam. Tradisi Etiopia menyebutnya Makeda. Bagaimanapun juga, ada tiga negara adi daya pada saat itu yang sangat populer dikawasan jazirah Arab dan Afrika, yaitu Mesir Kuno, Kerajaan Sulaiman di Yerusalem, Israel sekarang (Baitul Maqdis – Palestina) dan Kerajaan Saba di Yaman Selatan, ibu kotanya Ma’rib. Ketiga-tiganya memiliki angkatan perang yang tangguh dan terkenal dengan armada lautnya pada jaman itu.
Terdapat sejumlah isu yang dibahas ringkas dalam catatan (note) ini, atas permintaan teman-teman: (1) Berkaitan dengan teori bahwa Saba adalah wilayah sekitar “Wana Saba” dan berhubungan dengan candi Borobudur di Indonesia, (2) Negeri Saba di Kitab Mulia, dan (3) tentu saja kripto yang berhubungan dengan Negeri Saba dan Sulaiman as.
Teori Wonosobo
Ada yang bertanya, apakah benar kota Wanasaba (Hutan Tempat Berkumpul, dalam bahasa Jawa Kuno berbeda lagi artinya- Hutan Untuk Berpergian)  dari kata Saba dan candi Borobudur adalah berhubungan erat dengan penduduk Saba dan tentara jin Sulaiman as - yang membangun cand? Artinya Kaum Saba adalah orang Nusantara (Indonesia Kuno) di wilayah Jawa Tengah, dan bukan di jazirah Arab. Sleman adalah Sulaiman, dan Ratu Baka adalah Ratu Saba. Informasi seperti ini terdapat di flying book dan bertebaran di sejumlah situs di Internet, dibaca para pemuda  – yang dengan antusias cenderung mengamininya. "Inilah Kejayaan Nusantara, pikirnya!"
 Bagaimanapun juga pandangan ini sudah dluruskan oleh arkeolog Indonesia misalnya Bapak Agus alumni dari UI dan sejarawan Indonesia serta sejarawan Jawa lainnya.
Karena ini berhubungan dengan Kitab Mulia dan sumber-sumber Islam, maka saya bersedia menjelaskan secara ringkas – apa yang terdapat dalam riwayat dan sumber-sumber Islam, serta tradisi jazirah Arab yang berhubungan dengan sejarah dunia.
Ada sejumlah alasan untuk kita mengatakan bahwa Kaum Saba bukanlah penduduk Nusantara disekitar Jawa Tengah, Wonosobo dan Borobudur, misalnya:
Time line tidak cocok, era Sulaiman as dan Ratu Saba sekitar 1000 – 950 SM, dan Sulaiman sendiri tahun 975 – 935 SM (967 – 927 SM versi Perpustakaan Yahudi – Shira Schoenberg ), di era Besi (Iron Age), jauh sebelum masa Isa as (Yesus). Sedangkan pembangunan wilayah Jawa Tengah, Wonosobo dan sekitarnya diperkirakan pada tahun 824 M. Candi Borobudur tercatat dibangun tahun 772M dan 778 M. Berbeda  sekitar 18 abad.
Di abad ke-7, semasa misi Nabi (610 – 632 M) – keturunan kaum Saba juga sangat dikenal, karena mereka ada di Medinah dan sekitar kota Mekkah. Sangat terkenal dikalangan penduduk Medinah karena badannya tinggi besar, dan pandai berkelahi (militer). Sedangkan di Nusantara, Kerajaan yang paling besar adalah Sriwijaya, di akhir abad ke – 7, serta tidak ada catatan bahwa penduduk Nusantara pernah ke Medinah dan Mekkah dikala itu.
Kaum Saba juga tercatat dalam sejarah Kekaisaran Romawi, karena di tahun 26-24 SM pernah mengalahkan tentara Gubernur Mesir jajahan Romawi yang dipimpin oleh Aelius Gallus di Magrib, Yaman Selatan.
Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa kaum Saba berkaitan dengan sejarah kaum ‘Ad (kisah Nabi Hud di Yaman Selatan), kaum Tsamud (Kisah nabi Saleh di Hijir) dan penduduk Hadramaut di Yaman Timur, yang hingga tahun 1960an masih ada. Semuanya adalah keturunan Nabi nuh as (Noah) dari jalur putranya Sam (Shem) atau Semith yang bernama Yoktan dan Sa’ba, yang kemudian keturunannya ada yang tinggal di Yaman, Etiopia dan negeri Syam kawasan Yordania hingga Irak, Iran. Bagaimanapun juga, peradaban Saba adalah peradaban tinggi dan negara kuat, terbaik saat itu (Qs, Saba, 34: 15-16). Dalam prasati Uhr, “Arad-Nannar”, dijelaskan ada hubungan dengan Raja Uhr terakhir, “Sabuum”, 2500 SM – dimana sejarawan memperkirakan kata “Sabuum” menjadi kata “Saba”. Jika asumsi itu benar, maka kaum Saba termasuk kaum yang sudah lama didunia ini, hanya baru dikenal setelah Kisah Sulaiman as dalam berbagai catatan Kitab Suci dan tradisi Yahudi, Nasrani, Islam  dan sejarah berbagai negara sekitar hijaz Arab. Tentu yang menarik  - atau barangkali juga – tercatat dalam legenda agama lain, dengan nama yang berbeda dan cuplikan lain. Sebab dalam kisah Mahabrata (kisah Hindu), ketika Pandawa menunjukkan istana baru, Indrapasta – seorang Putri dari Astina mengangkat kainnya keatas sehingga tampak betis dan pahanya. Karena lantainya mengkilat licin, dipikirnya, kolam air. Serupa kisah dalam al Qur’an, ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca’  (Semut, 27: 44) atau cerita-cerita  Yahudi.
Prasasti Saba yang ditemukan di Arab Selatan, menyebutkan bahwa Ibu Kota Saba adalah kota Ma’rib (Islam Ansiklopedi, Islam Alemi, Tarihi).
Saba atau Sa’ba dalam bahasa Yahudi adalah Sheba, dikenal luas juga dalam catatan berbagai negara, misal Syria, Romawi, Yunani, Etiopia, Iran dan Yaman. Misalnya di Etiopia nama Ratu Saba adalah Makeda, dan putra Sulaiman as dari Balkis adalah Menelik I, pendiri imperium Etiopia. Atas dasar ini, sulit kita mengatakan bahwa kaum Saba adalah penduduk Nusantara sekitar Wonosobo dan Borobudur.
Namun demikian, menarik untuk dijelaskan oleh para ahli – mengapa banyak kemiripan sejumlah lokasi dengan kisah kaum Saba. Apakah memang benar, kisah Sulaiman as dengan Saba (dalam Bible dan Al Qur’an) juga dikenal dikalangan agama lainnya, dalam bentuk legenda - dalam hal ini Budha?  Sebagaimana kemiripan sebagian kisah Mahabrata, cerita Hindu.
Cuplikan Kisah Saba Dalam Kitab Mulia.
Barangkali pembaca awam banyak yang tidak mengetahui, bahwa dua Kerajaan Besar Adi Kuasa pada jamannya, di rekam dalam judul Surah Kitab Mulia. Pertama adalah Bangsa Romawi Timur, yang disebut oleh sejarawan sebagai Bizantium, dicatat dalam judul surah Ar Ruum (Bangsa Romawi) nomor 30. Kisah Kaisar Heraclius (Herkules) yang akhirnya memenangkan perang melawan Bangsa Persia, semasa Nabi - dan kedua adalah Bangsa Saba dalam judul surah Saba urutan nomor 34. Sedangkan cuplikan kisah Sulaiman as dengan Ratu Saba dicatat dalam surah tersendiri, surah Semut atau An Naml, urutan nomor 27, juga di surah Shaad nomor 38. Sedangkan kisah Daud (David) dengan anaknya , Sulaiman as, juga tercatat di surah nomor 21, Al Anbiya atau Kisah Nabi - Nabi.
Ringkasnya, Kitab Mulia mencatat cuplikan kisah Sulaiman as dengan Ratu Balkis, kisah Sulaiman sendiri dengan pembangunan istana dan para pembantunya, serta musnahnya Negeri Saba.
Kitab Mulia mencatat sebagian kisah Sulaiman as dan Ratu Balkist periode 1000 – 950 SM dan Kaum Saba dengan bendungan Ma’rib yang banjir pada abad ke-6 M (Saba, 34: 15-17). Tepatnya sejarah sekitar tahun 542 M, dengan kata “Arim” dalam bahasa Arab yang artinya”rintangan atau bendungan air”.
Ini yang tidak diketahui oleh kebanyakan pembaca, kisah Saba pada judul surah Saba sengat dekat dengan lahirnya Nabi Muhammad , sekitar tahun 542 M. Nabi lahir diperkirakan tahun 570/571 M. Kisah yang berbeda dengan Kisah Sulaiman dan Ratu Balkis (Balqis, Bilqis, Bilquis) – kisah keturunan Saba yang akhirnya migrasi ke Mekkah dan Medinah, sebagian lagi pergi ke Syria, karena banjir ditempat tinggalnya.
Mari kita mulai dengan cuplikan penting kisah Sulaiman as dengan Ratu Balkis, kisah yang sangat menarik – adu kecerdasan antara Raja dengan Ratu yang sama – sama memiliki negara besar. Juga terselip kisah persaingan antara para pembantu dekat Sulaiman, bangsa burung, manusia dan Jin. Tentu saja – yang utama adalah pada akhirnya Ratu Balkis ikut agama Sulaiman as – mengabdi kepada Tuhan Semesta Alam.
Kisah dimulai ketika burung Hud-Hud (versi Yahudi namanya Hoopoe, sejenis burung Pelatuk – Wood Pecker) menghilang disaat barisan tentara Sulaiman as dikumpulkan dalam barisan – disekitar wilayah Arab Selatan di Lembah Semut (Semut, 27: 20) , yang kemudian diketahui pergi ke negeri wilayah Saba (Semut, 27: 22). Mendapati suatu Kerajaan Besar, Ratu cantik tetapi masih menyembah Matahari (Semut, 27: 22-27). Dalam kompetisi antara para pembantu Sulaiaman, burung Hud-Hud mendapatkan kredit karena berhasil membawa informasi unik dan harus diuji akurasinya.
Singkat kata, Hud-Hud diperintahkan Sulaiman untuk membawa surat dan diserahkan kepada Queen Of Sheba, Balkis meminta agar masuk kedalam agama Sulaiman dan tidak berlaku sombong (Semut, 27: 30-31) .  Balkis mengumpulkan para mentrinya, berunding (Semut, 27:32-34) – akhirnya memilih jalan damai mengutus para dutanya untuk memberi hadiah kepada Sulaiman (Semut, 27:35), dalam berbagai sumber tradisi Arab, diantaranya: rempah-rempah, emas dengan jumlah yang luar biasa, dan batu permata tetapi ditolak oleh Raja Sulaiman (Semut, 27:36). Bahkan Sulaiman mengancam akan mengirim tentaranya, menghancurkan negeri Saba, jika Ratu Balkis tidak datang ke Istana Sulaiman (Semut, 27:37).
 
Bagaimanapun juga, Ratu Balkis memang berniat untuk berkunjung ke Yerusalem,  melihat langsung
Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim)
Sulaiman dan Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim)
Karena berita tentang Sulaiman yang bijak, seorang Nabi, Hakim yang adil, dan Kerajaannya yang besar terdengar sampai kewilayah Selatan.   Balkis, dalam rombongan yang sangat besar berangkat, melalui jalan darat, menyusuri pantai Laut Merah. Demi perdamaian  dan kepentingan rakyat Saba, serta  keingin tahuannya tentang Sulaiman.
Di saat yang sama, Sulaiman mengumpulkan para pembantu terdekatnya, para pembesar. Menanyakan siapa yang mampu membawa singgasana Ratu Balkis,  2400 km dari Yaman ke  Yerusalem (dialek Yaman disebut Kerajaan Ursyalim) dalam waktu singkat (Semut, 27:38). Jin yang bernama Ifrit (Ifrit – makhluk Jin cerdik) menawarkan  jasanya, sanggup sebelum Sulaiman berdiri dari kursinya (Semut, 27:39). Tetapi manusia, yang memiliki ilmu Kitab Zabur berhasil membuktikan bahwa singgasana Ratu dipindahkan sebelum Sulaiman mengedipkan matanya, kemudian merubahnya sedikit (Semut, 27:40).
Dalam perspektif agama dan sains – inilah kisah pertama dimana manusia menggunakan teleport. Dalam catatan Yahudi, singgasana tersebut terdiri dari 6 tingkat, beratnya sekitar 150 ton, dan didepannya ada dua pasang patung Singa dari emas – yang melambangkan kekuasaan pemiliknya. Dalam kompetisi ini jenis manusia menang. (Semut, 34: 29-44). Namun pembaca jangan lupa, yang membangun istana megah Sulaiman as dan perhiasannya, menurut Kitab Mulia adalah bangsa Jin (Saba, 34: 13), sesuai permintaan Sulaiman as.

Sehingga dengan demikian, baik burung, manusia dan Jin memiliki kontribusi masing-masing yang unik. Walaupun demikian, bangsa Jin memang jahil, atau barangkali tidak suka akan kepopuleran Ratu Saba – menurut riwayat (cerita dari Arab Selatan) – salah satu Jin mengabarkan bahwa Ratu Balkis memang cantik dan cerdas, hanya saja sayang “betisnya  seperti kaki unta” Di Etiopia dan beberapa negara sekitar Teluk, disebutnya Ratu Balkis memiliki satu kaki normal, sebelah lagi kaki kambing berbulu lebat. Oleh karena itu. Sulaiman tertarik hatinya – untuk membuktikan kabar tersebut – memerintahkan disain lantai yang sangat licin dari kaca, dibawahnya ada aliran sungai kecil yang sangat indah -  untuk melihat “betis Ratu Balkis.” Kita tahu, akhirnya ketika Balkis masuk istana :
Dikatakanlah kepada Ratu Balkis, “Masuklah kedalam Istana”. Maka tatkala dia melihat  melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman as:” Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca” (Semut, 27:44).
 
Tentu saja Ratu cantik ini memiliki kaki normal, sebagaimana manusia biasa, sebab jika kakinya abnormal – akan diberitakan lebih lanjut oleh al Qur’an.
 
Sebelum peristiwa tersebut, dari berbagai riwayat, Sulaiman berhasil menarik kesimpulan, bahwa Ratu Balkis adalah orang yang cermat dan bijaksana. Ketika ditunjukkan singgasananya, yang telah dimodifikasi. Ratu berkomentar:” Mungkin ini singgasana aku, namun aku tidak dapat memastikannya, karena ada perbedaan”. (Semut, 27:41-42). Setelah tahu bahwa memang itu singgasananya, Ratu Balkis dan rombongan ikut berserah diri kepada Tuhan Seluruh Alam, masuk agamanya Sulaiman as (Semut, 27:42). Bagaimanapun juga, Balkis sudah banyak mengetahui tentang kenabian Sulaiman as.
Dalam riwayat lain, ada proses sebelumnya - Ratu Balkist tidak menyerah begitu saja, ia juga membawa sejumlah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab oleh Sulaiman pribadi. Salah satunya adalah," ada 3 bunga didalam vas – hanya satu yang asli. Mana yang asli? "Sulaiman berhasil menjawab karena pertolongan seekor Lebah, yang mengelilingi bunga asli.
 
Kitab Mulia tidak menjelaskan Ratu cantik ini menjadi pasangan Sulaiman as, secara tegas, bahasanya samar – hanya isyarat saja (Semut, 27:44). Namun dari berbagai riwayat, baik dari Yaman, Syria maupun Etiopia – Ratu Balkis menjadi istri Sulaiman.
 
Dalam riwayat lain, istri Sulaiman as bukan saja Ratu Balkis dari Saba saja tetapi juga ada Putri Mesir Kuno dan Putri dari Syria, tanda persekutuan Kerajaan-Kerajaan Besar, pada masa itu. Bahkan dalam catatan sejarah Etiopia, tertulis putra  Sulaiman dengan Ratu Balkis, pernah tinggal di kerajaan Habesinia, Etiopia – mendirikan Imperium Etiopia, itulah Menelik Pertama.
Melihat uraian diatas, negeri Saba tidak ada hubungannya dengan Wanasaba, Sleman, Ratu Boko dan Borobudur.

Musnahnya Negeri Saba.
Musnahnya kaum Saba, negeri Adi Kuasa  diceritakan oleh Kitab Mulia dalam surah Saba, mulai ayat 15 hingga 17. Ulama Besar Pakistan abad ke -20, Syeih Maududi dalam komentarnya menjelaskan:
 
Ungkapan Sail Al Arim dalam al Qur’an diturunkan dari kata “arimen” yang digunakan dalam dialek Arab Selatan yang berarti “bendungan, rintangan”. Dalam arkeologi yang terungkap di Yaman, kata al Arim memang digunakan untuk kata bendungan air. Misalnya dalam prasati yang dipesan oleh Ebrehe (Abrahah – Gubernur Yaman, afiliasi negara Abesinia, sekarang Etiopia), setelah perbaikan dinding bendungan Ma’rib yang besar tahun 542 dan 543 M. Jadi ungkapan “sail al Arim” adalah bencana banjir yang  mengakibatkan runtuhnya bendungan”.
Setelah bencana banjir besar, daerah tersebut menjadi daerah padang pasir (Kitab Mulia memberi isyarat adanya kekeringan yang lama) – oleh karena itu – keturunan kaum Saba mengungsi ke Mekkah, Medinah dan Syria, sebelum Nabi lahir.
Bencana banjir yang memusnahkan kaum Saba, dan ini tidak tercatat di Injil karena terjadinya jauh setelah masa Isa as – di abad ke  6 M.
Ibu kota Saba , menururt prasasti Saba, adalah Ma’rib – disana ada The Temple Of Bilqis” – kota yang makmur karena lokasinya strategis, dekat dengan sungai Adhanah, yang kemudian dibangun bendungan disana untuk pengairan disekitarnya. Tercatat juga di sejarah Yunani, oleh penulis bernama Plyni. Bendungan setinggi 16 m dan lebar 40 m panjangnya 620 m untuk mengairi dua dataran, dataran Selatan dan dataran Barat – yang menurut ungkapan Kitab Mulia disebut “dua kebun dikiri dan di kanan”. Menurut dokumen-dokumen yang berdialek Himmer (Himyar) – daerah tersebut adalah daerah yang sangat produktif. Namun tahun 542 M, bendungan tersebut runtuh, yang mengakibatkan “banjir besar Arim”, menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Kebun-kebun anggur, kebun-kebun tanaman lainnya, lahan pertanian seluruhnya terendam – hancur. Tambahan, adanya "kekeringan yang luar biasa", mengubah tumbuh-tumbuhan yang subur menjadi pohon yang tidak berguna. Musnahlah peradaban negeri Saba.
 
”Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr….” (Saba, 34:15-17)
Pohon Atsl adalah pohon Tamaris, sejenis pohon berduri halus, biasa tumbuh didaerah gurun yang kekurangan air, sedangkan pohon Sidr,  pohon yang sangat kuno disebut juga “mustard tree” atau dalam bahasa Botani disebut Ziziphus – spina, banyak digunakan untuk herbal shampoo. Beberapa menghasilkan bunga sidr, oleh Lebah diproduksi sebagai madu -  disebut “madu sidr” didaerah Hadramaut.
Ini juga penting, buah pahit bukanlah Buah Maja (Majapahit) di Jawa Timur, sebagaimana pandangan salah satu dosen UIN Jakarta, lulusan matematika UI - tetapi pohon Tamaris.
 
Musnahnya Negeri Saba tercatat dalam sejarah Abesinia dan Yaman, sebelum masa Abrahah (Gubernur yang membawa tentara Gajah ke Mekkah) – masa jauh sebelum pembangunan candi Borobudur dan Wonosobo.
 
Penjelasan Ibnu Ishak, Ibnu Abbas (sahabat Nabi) maupun Ath Thabarani – serupa dengan Kitab Perjanjian Lama - salah satu keturunan      Sam, salah satu  putra Nabi Nuh as, bernama Yoktan. Dari Yoktan ada dinasti Yasrub, kemudian Yashjub dan akhirnya dinasti Saba atau Sa’ba. Dinasti Himyar adalah penerus Dinasti Saba. Tradisi Islam, Baik Suku ‘Ad, maupun Tsamud ( di Sabatea dan Hijr) adalah saudara satu keturunan dengan Saba, dan sebagian besar menetap di Yaman. Keturunan Tsamud terakhir adalah Hadramaut, tinggal di Yaman Timur. Keturunan Saba, generasi terakhir ada di Mekkah, Medinah dan Syria.
Tentu catatan-catatan seperti ini tidak ada di Sleman, Wanasaba maupun Borobudur – Nusantara – karena memang berbeda.
Kripto Yang berhubungan Dengan Saba dan Sulaiman.
Pembaca Kitab Mulia yang teliti, tidak akan menemukan kata Saba dalam penjelasan Ratu Balkis di Surah Semut (An Naml). Kata Saba hanya ada di Surah Saba. Namun demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa Ratu Balkis adalah Ratu di wilayah Saba, karena selain sumber Islam, Bible, catatan tradisi Yahudi - juga diperkuat oleh sejarah Yaman dan Etiopia yang dikonfirmasi oleh penulis sejarah Yunani dan Romawi. Bahwa ada negara Saba di Arabia Selatan, misalnya oleh Yopephus.
Kitab Mulia dengan caranya sendiri, meneguhkan bahwa Sulaiman – Ratu Balkis – dan wilayah Saba berhubungan erat, yaitu dengan kripto bilangan prima 11. 
Cuplikan kisah Sulaiman, Ratu Balkis dan Saba ada di 3 surah: Surah An Naml (Semut) urutan nomor 27, surah Saba nomor 34 dan surah Shad nomor 38. Ketiga nomor surah ini membentuk kripto yang unik.
Perhatikan:
27 34 38 atau bilangan 2 7 3 4 3 8.
Bilangan 273438 adalah bilangan kelipatan 11, atau 11 x 24858
Kombinasi nomor surah  diacakpun sama saja, misal 273834.
Bilangan tersebut kelipatan 11, atau 11 x 24894
Diacak lagi, menjadi bilangan 383427, sama dengan 11 x 34857
Sekali lagi, nomor surahnya diacak, menjadi 382734. Tetap saja, kelipatan 11, yaitu  11 x 34794.
Bahkan kalau bilangan 273438, bacanya dari kananpun, sama saja kelipatan 11. Bilangan tersebut menjadi 834372, atau 11 x 75852
Bagaimana jika nomor surahnya dijumlahkan? Lihat 27+34+38 = 99, dan ini adalah 11 x 9.
 
Semua kombinasi nomor surah, 27, 34, 38, selalu berakhir dengan kelipatan bilangan prima 11. Meneguhkan, bahwa Sulaiman, Ratu Balkis dan wilayah Saba berhubungan erat, sesuai kisah yang ada di berbagai sumber Islam maupun catatan sejarah.
Kode Yang Lebih Rumit.
Dibawah ini , contoh kode yang lebih rumit. 
Bagaimanapun juga, kisah Sulaiman as dan Ratu Balkis yang muskil ada di surah nomor 27, Surah Semut. Disebut muskil, karena sulit masuk akal manusia – seperti mendengarkan percakapan semut (Semut, 27:18) atau memindahkan singgasana seberat 150 ton dalam sejkejap mata, jarak 2400 km (Semut, 27: 40). Pola umum, surah yang serupa itu, ditunjukkan dengan kripto yang berlapis, kombinasi dengan simbol abjad- untuk membantu menambah keyakinan bagi para pembaca.

Pertama, lihat nomor kombinasi nomor surah 273438, jumlah digitnya 27, yaitu 2+7+3+4+3+8 = 27. Sama dengan nomor surah Semut.
Kedua, kode hasil bagi kombinasi surahpun, jumlah digitnya selalu 27. Misalnya, 273438 adalah 11 x  24858. Lihat yang dicetak tebal, 2+4+8+5+8 = 27. Kombinasi acak yang lainpun sama, selalu menunjuk pada angka 27. Misal 273834, atau 11 x 24894. Bilangan yang dicetak tebal jumlah digitnyapun 27, atau 2+4+8+9+4=27.
Ketiga, Surah nomor 27, diawali dengan simbol abjad Tha dan Sin. (Semut, 27:1).
Pembaca mungkin tidak tahu bahwa, abjad abjad Tha dalam surah tersebut jumlahnya 27, sama dengan nomor surahnya! Sedangkan jumlah abjad Sin pada surah Semut, jumlahnya 93, sama dengan jumlah ayat pada surah Semut! Itulah salah satu fungsi, simbol kombinasi abjad Thaa Siin...:D
Dengan demikian angka 27, menujukkan nomor surah yang dilapisi berbagai kode, hingga kode abjad.
Tidak terbayang bukan?
Inilah pola-pola umum pada Kitab Mulia, bahasa kripto, yang sulit dipahami oleh pembaca umumnya – tapi faktanya ada. Gunanya untuk menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman.
Kita kembali kejudul catatan ini –  berdasarkan  uraian yang ringkas diatas, kita sulit mengatakan bahwa negara Saba ada di wilayah Nusantara : Wonosobo, Borobudur dan Sleman.

Pendaftaran agen kuota termurah seindonesia