Negeri Saba berhubungan dengan 3 tradisi agama, Yahudi, Nasrani dan
Islam. Kita sulit mengatakan, ia berhubungan dengan sejarah Nusantara. Saba
diambil namanya dari salah satu keturunan Nabi Nuh as (Noah), garis Sam.
Generasi akhir ada yang bermigrasi ke Mekkah, Medinah, Etiopia dan Syria.
Ketiga surah yang mencuplik kisah Sulaiman ( King Solomon), Ratu Balkis dan
Saba , juga memiliki kripto bilangan prima 11.
Adegan Balkis di Istana
Sulaiman.
Tentu saja jika kita mendengar
Negeri Saba, yang teringat adalah judul film Queen of Sheba, Ratu Saba yang
cantik dan cerdas, pemimpin negara “super power’ di era Raja Sulaiman as (King
Solomon), yang akhirnya mengikuti agama Sulaiman. Sebagian riwayat menjelaskan – akhirnya - menjadi
pasangan Sulaiman as. Itulah Ratu Balkis, atau Balqis, Bilqis, Bilquis dalam
tradisi Islam. Tradisi Etiopia menyebutnya Makeda. Bagaimanapun juga, ada tiga
negara adi daya pada saat itu yang sangat populer dikawasan jazirah Arab dan
Afrika, yaitu Mesir Kuno, Kerajaan Sulaiman di Yerusalem, Israel sekarang
(Baitul Maqdis – Palestina) dan Kerajaan Saba di Yaman Selatan, ibu kotanya
Ma’rib. Ketiga-tiganya memiliki angkatan perang yang tangguh dan terkenal
dengan armada lautnya pada jaman itu.
Terdapat sejumlah isu yang dibahas ringkas dalam catatan (note) ini,
atas permintaan teman-teman: (1) Berkaitan dengan teori bahwa Saba adalah
wilayah sekitar “Wana Saba” dan berhubungan dengan candi Borobudur di
Indonesia, (2) Negeri Saba di Kitab Mulia, dan (3) tentu saja kripto yang
berhubungan dengan Negeri Saba dan Sulaiman as.
Teori Wonosobo
Ada yang bertanya, apakah benar kota Wanasaba (Hutan Tempat Berkumpul,
dalam bahasa Jawa Kuno berbeda lagi artinya- Hutan Untuk Berpergian) dari kata Saba dan candi Borobudur adalah
berhubungan erat dengan penduduk Saba dan tentara jin Sulaiman as - yang
membangun cand? Artinya Kaum Saba adalah orang Nusantara (Indonesia Kuno) di
wilayah Jawa Tengah, dan bukan di jazirah Arab. Sleman adalah Sulaiman, dan
Ratu Baka adalah Ratu Saba. Informasi seperti ini terdapat di flying book dan
bertebaran di sejumlah situs di Internet, dibaca para pemuda – yang dengan antusias cenderung
mengamininya. "Inilah Kejayaan Nusantara, pikirnya!"
Bagaimanapun juga pandangan ini
sudah dluruskan oleh arkeolog Indonesia misalnya Bapak Agus alumni dari UI dan
sejarawan Indonesia serta sejarawan Jawa lainnya.
Karena ini berhubungan dengan Kitab Mulia dan sumber-sumber Islam, maka
saya bersedia menjelaskan secara ringkas – apa yang terdapat dalam riwayat dan
sumber-sumber Islam, serta tradisi jazirah Arab yang berhubungan dengan sejarah
dunia.
Ada sejumlah alasan untuk kita mengatakan bahwa Kaum Saba bukanlah
penduduk Nusantara disekitar Jawa Tengah, Wonosobo dan Borobudur, misalnya:
Time line tidak cocok, era Sulaiman as dan Ratu Saba sekitar 1000 – 950
SM, dan Sulaiman sendiri tahun 975 – 935 SM (967 – 927 SM versi Perpustakaan
Yahudi – Shira Schoenberg ), di era Besi (Iron Age), jauh sebelum masa Isa as
(Yesus). Sedangkan pembangunan wilayah Jawa Tengah, Wonosobo dan sekitarnya
diperkirakan pada tahun 824 M. Candi Borobudur tercatat dibangun tahun 772M dan
778 M. Berbeda sekitar 18 abad.
Di abad ke-7, semasa misi Nabi (610 – 632 M) – keturunan kaum Saba juga
sangat dikenal, karena mereka ada di Medinah dan sekitar kota Mekkah. Sangat
terkenal dikalangan penduduk Medinah karena badannya tinggi besar, dan pandai
berkelahi (militer). Sedangkan di Nusantara, Kerajaan yang paling besar adalah
Sriwijaya, di akhir abad ke – 7, serta tidak ada catatan bahwa penduduk
Nusantara pernah ke Medinah dan Mekkah dikala itu.
Kaum Saba juga tercatat dalam sejarah Kekaisaran Romawi, karena di
tahun 26-24 SM pernah mengalahkan tentara Gubernur Mesir jajahan Romawi yang
dipimpin oleh Aelius Gallus di Magrib, Yaman Selatan.
Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa kaum Saba berkaitan dengan
sejarah kaum ‘Ad (kisah Nabi Hud di Yaman Selatan), kaum Tsamud (Kisah nabi
Saleh di Hijir) dan penduduk Hadramaut di Yaman Timur, yang hingga tahun 1960an
masih ada. Semuanya adalah keturunan Nabi nuh as (Noah) dari jalur putranya Sam
(Shem) atau Semith yang bernama Yoktan dan Sa’ba, yang kemudian keturunannya
ada yang tinggal di Yaman, Etiopia dan negeri Syam kawasan Yordania hingga Irak,
Iran. Bagaimanapun juga, peradaban Saba adalah peradaban tinggi dan negara
kuat, terbaik saat itu (Qs, Saba, 34: 15-16). Dalam prasati Uhr, “Arad-Nannar”,
dijelaskan ada hubungan dengan Raja Uhr terakhir, “Sabuum”, 2500 SM – dimana
sejarawan memperkirakan kata “Sabuum” menjadi kata “Saba”. Jika asumsi itu
benar, maka kaum Saba termasuk kaum yang sudah lama didunia ini, hanya baru
dikenal setelah Kisah Sulaiman as dalam berbagai catatan Kitab Suci dan tradisi
Yahudi, Nasrani, Islam dan sejarah
berbagai negara sekitar hijaz Arab. Tentu yang menarik - atau barangkali juga – tercatat dalam
legenda agama lain, dengan nama yang berbeda dan cuplikan lain. Sebab dalam
kisah Mahabrata (kisah Hindu), ketika Pandawa menunjukkan istana baru,
Indrapasta – seorang Putri dari Astina mengangkat kainnya keatas sehingga
tampak betis dan pahanya. Karena lantainya mengkilat licin, dipikirnya, kolam
air. Serupa kisah dalam al Qur’an, ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat
dari kaca’ (Semut, 27: 44) atau
cerita-cerita Yahudi.
Prasasti Saba yang ditemukan di Arab Selatan, menyebutkan bahwa Ibu
Kota Saba adalah kota Ma’rib (Islam Ansiklopedi, Islam Alemi, Tarihi).
Saba atau Sa’ba dalam bahasa Yahudi adalah Sheba, dikenal luas juga
dalam catatan berbagai negara, misal Syria, Romawi, Yunani, Etiopia, Iran dan
Yaman. Misalnya di Etiopia nama Ratu Saba adalah Makeda, dan putra Sulaiman as
dari Balkis adalah Menelik I, pendiri imperium Etiopia. Atas dasar ini, sulit
kita mengatakan bahwa kaum Saba adalah penduduk Nusantara sekitar Wonosobo dan
Borobudur.
Namun demikian, menarik untuk dijelaskan oleh para ahli – mengapa
banyak kemiripan sejumlah lokasi dengan kisah kaum Saba. Apakah memang benar,
kisah Sulaiman as dengan Saba (dalam Bible dan Al Qur’an) juga dikenal dikalangan
agama lainnya, dalam bentuk legenda - dalam hal ini Budha? Sebagaimana kemiripan sebagian kisah
Mahabrata, cerita Hindu.
Cuplikan Kisah Saba Dalam Kitab
Mulia.
Barangkali pembaca awam banyak
yang tidak mengetahui, bahwa dua Kerajaan Besar Adi Kuasa pada jamannya, di
rekam dalam judul Surah Kitab Mulia. Pertama adalah Bangsa Romawi Timur, yang
disebut oleh sejarawan sebagai Bizantium, dicatat dalam judul surah Ar Ruum
(Bangsa Romawi) nomor 30. Kisah Kaisar Heraclius (Herkules) yang akhirnya memenangkan
perang melawan Bangsa Persia, semasa Nabi - dan kedua adalah Bangsa Saba dalam
judul surah Saba urutan nomor 34. Sedangkan cuplikan kisah Sulaiman as dengan
Ratu Saba dicatat dalam surah tersendiri, surah Semut atau An Naml, urutan
nomor 27, juga di surah Shaad nomor 38. Sedangkan kisah Daud (David) dengan
anaknya , Sulaiman as, juga tercatat di surah nomor 21, Al Anbiya atau Kisah
Nabi - Nabi.
Ringkasnya, Kitab Mulia mencatat cuplikan kisah Sulaiman as dengan Ratu
Balkis, kisah Sulaiman sendiri dengan pembangunan istana dan para pembantunya,
serta musnahnya Negeri Saba.
Kitab Mulia mencatat sebagian kisah Sulaiman as dan Ratu Balkist
periode 1000 – 950 SM dan Kaum Saba dengan bendungan Ma’rib yang banjir pada
abad ke-6 M (Saba, 34: 15-17). Tepatnya sejarah sekitar tahun 542 M, dengan
kata “Arim” dalam bahasa Arab yang artinya”rintangan atau bendungan air”.
Ini yang tidak diketahui oleh kebanyakan pembaca, kisah Saba pada judul
surah Saba sengat dekat dengan lahirnya Nabi Muhammad , sekitar tahun 542 M.
Nabi lahir diperkirakan tahun 570/571 M. Kisah yang berbeda dengan Kisah
Sulaiman dan Ratu Balkis (Balqis, Bilqis, Bilquis) – kisah keturunan Saba yang
akhirnya migrasi ke Mekkah dan Medinah, sebagian lagi pergi ke Syria, karena
banjir ditempat tinggalnya.
Mari kita mulai dengan cuplikan penting kisah Sulaiman as dengan Ratu
Balkis, kisah yang sangat menarik – adu kecerdasan antara Raja dengan Ratu yang
sama – sama memiliki negara besar. Juga terselip kisah persaingan antara para
pembantu dekat Sulaiman, bangsa burung, manusia dan Jin. Tentu saja – yang
utama adalah pada akhirnya Ratu Balkis ikut agama Sulaiman as – mengabdi kepada
Tuhan Semesta Alam.
Kisah dimulai ketika burung Hud-Hud (versi Yahudi namanya Hoopoe,
sejenis burung Pelatuk – Wood Pecker) menghilang disaat barisan tentara
Sulaiman as dikumpulkan dalam barisan – disekitar wilayah Arab Selatan di
Lembah Semut (Semut, 27: 20) , yang kemudian diketahui pergi ke negeri wilayah
Saba (Semut, 27: 22). Mendapati suatu Kerajaan Besar, Ratu cantik tetapi masih
menyembah Matahari (Semut, 27: 22-27). Dalam kompetisi antara para pembantu
Sulaiaman, burung Hud-Hud mendapatkan kredit karena berhasil membawa informasi
unik dan harus diuji akurasinya.
Singkat kata, Hud-Hud diperintahkan Sulaiman untuk membawa surat dan
diserahkan kepada Queen Of Sheba, Balkis meminta agar masuk kedalam agama
Sulaiman dan tidak berlaku sombong (Semut, 27: 30-31) . Balkis mengumpulkan para mentrinya, berunding
(Semut, 27:32-34) – akhirnya memilih jalan damai mengutus para dutanya untuk
memberi hadiah kepada Sulaiman (Semut, 27:35), dalam berbagai sumber tradisi
Arab, diantaranya: rempah-rempah, emas dengan jumlah yang luar biasa, dan batu
permata tetapi ditolak oleh Raja Sulaiman (Semut, 27:36). Bahkan Sulaiman
mengancam akan mengirim tentaranya, menghancurkan negeri Saba, jika Ratu Balkis
tidak datang ke Istana Sulaiman (Semut, 27:37).
Bagaimanapun juga, Ratu Balkis memang berniat untuk berkunjung ke
Yerusalem, melihat langsung
Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim)
Sulaiman dan Ilustrasi perjalanan Ratu Balkis ke Yerusalem (Ursyalim)
Karena berita
tentang Sulaiman yang bijak, seorang Nabi, Hakim yang adil, dan Kerajaannya
yang besar terdengar sampai kewilayah Selatan.
Balkis, dalam rombongan yang sangat besar berangkat, melalui jalan
darat, menyusuri pantai Laut Merah. Demi perdamaian dan kepentingan rakyat Saba, serta keingin tahuannya tentang Sulaiman.
Di saat yang sama, Sulaiman mengumpulkan para pembantu terdekatnya,
para pembesar. Menanyakan siapa yang mampu membawa singgasana Ratu Balkis, 2400 km dari Yaman ke Yerusalem (dialek Yaman disebut Kerajaan
Ursyalim) dalam waktu singkat (Semut, 27:38). Jin yang bernama Ifrit (Ifrit –
makhluk Jin cerdik) menawarkan jasanya,
sanggup sebelum Sulaiman berdiri dari kursinya (Semut, 27:39). Tetapi manusia,
yang memiliki ilmu Kitab Zabur berhasil membuktikan bahwa singgasana Ratu
dipindahkan sebelum Sulaiman mengedipkan matanya, kemudian merubahnya sedikit
(Semut, 27:40).
Dalam perspektif agama dan sains – inilah kisah pertama dimana manusia
menggunakan teleport. Dalam catatan Yahudi, singgasana tersebut terdiri dari 6
tingkat, beratnya sekitar 150 ton, dan didepannya ada dua pasang patung Singa
dari emas – yang melambangkan kekuasaan pemiliknya. Dalam kompetisi ini jenis
manusia menang. (Semut, 34: 29-44). Namun pembaca jangan lupa, yang membangun
istana megah Sulaiman as dan perhiasannya, menurut Kitab Mulia adalah bangsa
Jin (Saba, 34: 13), sesuai permintaan Sulaiman as.
Sehingga dengan demikian, baik burung, manusia dan Jin memiliki kontribusi masing-masing yang unik. Walaupun demikian, bangsa Jin memang jahil, atau barangkali tidak suka akan kepopuleran Ratu Saba – menurut riwayat (cerita dari Arab Selatan) – salah satu Jin mengabarkan bahwa Ratu Balkis memang cantik dan cerdas, hanya saja sayang “betisnya seperti kaki unta” Di Etiopia dan beberapa negara sekitar Teluk, disebutnya Ratu Balkis memiliki satu kaki normal, sebelah lagi kaki kambing berbulu lebat. Oleh karena itu. Sulaiman tertarik hatinya – untuk membuktikan kabar tersebut – memerintahkan disain lantai yang sangat licin dari kaca, dibawahnya ada aliran sungai kecil yang sangat indah - untuk melihat “betis Ratu Balkis.” Kita tahu, akhirnya ketika Balkis masuk istana :
Tentu saja Ratu cantik ini memiliki kaki normal, sebagaimana manusia
biasa, sebab jika kakinya abnormal – akan diberitakan lebih lanjut oleh al
Qur’an.
Sebelum peristiwa tersebut, dari berbagai riwayat, Sulaiman berhasil
menarik kesimpulan, bahwa Ratu Balkis adalah orang yang cermat dan bijaksana.
Ketika ditunjukkan singgasananya, yang telah dimodifikasi. Ratu berkomentar:”
Mungkin ini singgasana aku, namun aku tidak dapat memastikannya, karena ada perbedaan”.
(Semut, 27:41-42). Setelah tahu bahwa memang itu singgasananya, Ratu Balkis dan
rombongan ikut berserah diri kepada Tuhan Seluruh Alam, masuk agamanya Sulaiman
as (Semut, 27:42). Bagaimanapun juga, Balkis sudah banyak mengetahui tentang
kenabian Sulaiman as.
Kitab Mulia tidak menjelaskan Ratu cantik ini menjadi pasangan Sulaiman
as, secara tegas, bahasanya samar – hanya isyarat saja (Semut, 27:44). Namun
dari berbagai riwayat, baik dari Yaman, Syria maupun Etiopia – Ratu Balkis
menjadi istri Sulaiman.
Dalam riwayat lain, istri Sulaiman as bukan saja Ratu Balkis dari Saba
saja tetapi juga ada Putri Mesir Kuno dan Putri dari Syria, tanda persekutuan
Kerajaan-Kerajaan Besar, pada masa itu. Bahkan dalam catatan sejarah Etiopia,
tertulis putra Sulaiman dengan Ratu
Balkis, pernah tinggal di kerajaan Habesinia, Etiopia – mendirikan Imperium
Etiopia, itulah Menelik Pertama.
Musnahnya Negeri Saba.
Musnahnya kaum Saba, negeri Adi Kuasa
diceritakan oleh Kitab Mulia dalam surah Saba, mulai ayat 15 hingga 17.
Ulama Besar Pakistan abad ke -20, Syeih Maududi dalam komentarnya menjelaskan:
Ungkapan Sail Al Arim dalam al Qur’an diturunkan dari kata “arimen”
yang digunakan dalam dialek Arab Selatan yang berarti “bendungan, rintangan”.
Dalam arkeologi yang terungkap di Yaman, kata al Arim memang digunakan untuk
kata bendungan air. Misalnya dalam prasati yang dipesan oleh Ebrehe (Abrahah –
Gubernur Yaman, afiliasi negara Abesinia, sekarang Etiopia), setelah perbaikan
dinding bendungan Ma’rib yang besar tahun 542 dan 543 M. Jadi ungkapan “sail al
Arim” adalah bencana banjir yang
mengakibatkan runtuhnya bendungan”.
”Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan banjir yang besar dan
Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon
yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr….” (Saba, 34:15-17)
Ini juga penting, buah pahit bukanlah Buah Maja (Majapahit) di Jawa
Timur, sebagaimana pandangan salah satu dosen UIN Jakarta, lulusan matematika
UI - tetapi pohon Tamaris.
Musnahnya Negeri Saba tercatat dalam sejarah Abesinia dan Yaman,
sebelum masa Abrahah (Gubernur yang membawa tentara Gajah ke Mekkah) – masa
jauh sebelum pembangunan candi Borobudur dan Wonosobo.
Penjelasan Ibnu Ishak, Ibnu Abbas (sahabat Nabi) maupun Ath Thabarani –
serupa dengan Kitab Perjanjian Lama - salah satu keturunan Sam, salah satu putra Nabi Nuh as, bernama Yoktan. Dari
Yoktan ada dinasti Yasrub, kemudian Yashjub dan akhirnya dinasti Saba atau
Sa’ba. Dinasti Himyar adalah penerus Dinasti Saba. Tradisi Islam, Baik Suku
‘Ad, maupun Tsamud ( di Sabatea dan Hijr) adalah saudara satu keturunan dengan
Saba, dan sebagian besar menetap di Yaman. Keturunan Tsamud terakhir adalah
Hadramaut, tinggal di Yaman Timur. Keturunan Saba, generasi terakhir ada di
Mekkah, Medinah dan Syria.
Pembaca Kitab Mulia yang teliti, tidak akan menemukan kata Saba dalam
penjelasan Ratu Balkis di Surah Semut (An Naml). Kata Saba hanya ada di Surah
Saba. Namun demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa Ratu Balkis adalah Ratu di
wilayah Saba, karena selain sumber Islam, Bible, catatan tradisi Yahudi - juga
diperkuat oleh sejarah Yaman dan Etiopia yang dikonfirmasi oleh penulis sejarah
Yunani dan Romawi. Bahwa ada negara Saba di Arabia Selatan, misalnya oleh
Yopephus.
Cuplikan kisah Sulaiman, Ratu Balkis dan Saba ada di 3 surah: Surah An
Naml (Semut) urutan nomor 27, surah Saba nomor 34 dan surah Shad nomor 38.
Ketiga nomor surah ini membentuk kripto yang unik.
Perhatikan:
27 34 38 atau bilangan 2 7 3 4 3 8.
Bilangan 273438 adalah bilangan kelipatan 11, atau 11 x 24858
Bilangan tersebut kelipatan 11, atau 11 x 24894
Diacak lagi, menjadi bilangan 383427, sama dengan 11 x 34857
Semua kombinasi nomor surah, 27, 34, 38, selalu berakhir dengan
kelipatan bilangan prima 11. Meneguhkan, bahwa Sulaiman, Ratu Balkis dan
wilayah Saba berhubungan erat, sesuai kisah yang ada di berbagai sumber Islam
maupun catatan sejarah.
Kode Yang Lebih Rumit.
Dibawah ini , contoh kode yang lebih rumit.
Bagaimanapun juga, kisah Sulaiman as dan Ratu Balkis yang muskil ada di
surah nomor 27, Surah Semut. Disebut muskil, karena sulit masuk akal manusia –
seperti mendengarkan percakapan semut (Semut, 27:18) atau memindahkan
singgasana seberat 150 ton dalam sejkejap mata, jarak 2400 km (Semut, 27: 40).
Pola umum, surah yang serupa itu, ditunjukkan dengan kripto yang berlapis,
kombinasi dengan simbol abjad- untuk membantu menambah keyakinan bagi para
pembaca.
Pertama, lihat nomor kombinasi nomor surah 273438, jumlah digitnya 27,
yaitu 2+7+3+4+3+8 = 27. Sama dengan nomor surah Semut.
Kedua, kode hasil bagi kombinasi surahpun, jumlah digitnya selalu 27.
Misalnya, 273438 adalah 11 x 24858.
Lihat yang dicetak tebal, 2+4+8+5+8 = 27. Kombinasi acak yang lainpun sama,
selalu menunjuk pada angka 27. Misal 273834, atau 11 x 24894. Bilangan yang
dicetak tebal jumlah digitnyapun 27, atau 2+4+8+9+4=27.
Ketiga, Surah nomor 27, diawali dengan simbol abjad Tha dan Sin.
(Semut, 27:1).
Pembaca mungkin tidak tahu bahwa, abjad abjad Tha dalam surah tersebut
jumlahnya 27, sama dengan nomor surahnya! Sedangkan jumlah abjad Sin pada surah
Semut, jumlahnya 93, sama dengan jumlah ayat pada surah Semut! Itulah salah
satu fungsi, simbol kombinasi abjad Thaa Siin...:D
Dengan demikian angka 27, menujukkan nomor surah yang dilapisi berbagai
kode, hingga kode abjad.
Tidak terbayang bukan?
Inilah pola-pola umum pada Kitab Mulia, bahasa kripto, yang sulit
dipahami oleh pembaca umumnya – tapi faktanya ada. Gunanya untuk menambah keyakinan
bagi orang-orang yang beriman.
Kita kembali kejudul catatan ini –
berdasarkan uraian yang ringkas
diatas, kita sulit mengatakan bahwa negara Saba ada di wilayah Nusantara :
Wonosobo, Borobudur dan Sleman.